suarahukum.com - Direktorat Polisi Perairan dan Udara (Ditpolairud) Polda Jawa Timur menangkap perakit bom ikan laut dan membongkar tempat penyimpanan 2,4 ton bom ikan di Bangkalan.

Dalam jumpa persnya, Kepala Baharkam Polri, Komisaris Jenderal Pol Agus Andrianto datang di Surabaya, mengatakan bahwa barang bukti potasium chlorate sebagai bahan baku bom ikan.

"Di lokasi ditemukan barang bukti potasium chlorate sebagai bahan baku bom ikan, dengan jenis potassium chlorate (KCL03) sebanyak kurang lebih 2.400 kilogram," katanya dimakopolairud Polda Jatim, Senin (18/12/2020).

Dalam perkara tersebut, polisi menangkap seorang pelaku ahli perakit berinisial MB (43). Selain perakit MB juga pemilik bahan peledak tersebut.

Bahan baku adalah pesanan dari seseorang di Makassar, Sulawesi Selatan. MB menjualnya dengan harga Rp. 35 ribu perkilogram, sedangkan sumbu detonator dijual dengan harga Rp. 20 ribu per unit.

Dalam pengakuan tersangka MB, bahwa menjalani bisnisnya selama dua tahun atau sejak 2018. "Tersangka merakit bom ikan di rumahnya dengan cara menggunakan botol air mineral diisi dengan potasium chlorate yang dicampur belerang dan arang. Hal itu dirakit sendiri," tambah Komjen Pol Agus Andrianto.

Setelah itu, botol yang berisi bahan peledak bom ikan diberi detonator yang nantinya dibakar dan menimbulkan ledakan. Bom ikan dapat merusak terumbu karang serta spesies ikan maupun biota laut lainnya, dan satu buah bom ikan diledakkan, daya ledak radiusnya mencapai 50 meter persegi. "Sehingga dari total barang bukti, daya ledak yang ditimbulkan dapat menimbulkan kerusakan seluas 350 hektare," pungkas Komjen Pol Agus.

Akibat perbuatannya, tersangka MB dijerat Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 1951 tentang Bahan Peledak dan atau Pasal 122 UU Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan dan Pasal 127 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika junto Pasal 55 KUHP. (Am)